Nadi, seorang gadis pelajar di salah satu sekolah kejuruan di Purwodadi. Dia duduk di bangku kelas XI. Ketika itu, Nadi pulang sekolah bersama kedua sahabatnya, panggil saja Ana dan Ria. Saat melihat kakak kelasnya, tak tahu kenapa dia merasa aneh, dia senang, dan malu. Dia bingung kenapa dia bisa seperti itu. Selang beberapa minggu, dia sadar kalau dia suka sama kakak kelasnya itu. “kok bisa?” kata Ria kaget saat Nadi menceritakan perasaannya. “emang kamu kenal siapa dia?” Tanya Ria. “kamu pernah bicara sama dia?” tambah Ana. Nadi hanya menggelengkan kepalanya. Seminggu berlalu, Nadi berharap dia bisa mendapatkan keputusan, apa dia akan tetap mempertahankan perasaannya itu, atau dia akan melupakan perasaannya itu. Nadi pun cerita pada sahabatnya yang lain, panggil saja Riva. Riva mengenal kakak kelas yang Nadi sukai. Nadi berharap Riva bisa membantu menyelesaikan masalahnya. “dia masih berhubungan sama pacarnya yang waktu kita kelas X dulu,Nad.” Kata Riva pada Nadi. Nadi kaget, jantungnya berdetak kencang seakan mau copot, dia merasa lemas. Nadi benar-benar tidak tahu kalau kakak kelasnya itu masih punya pacar. Ande dia tahu dia pasti akan memendam perasaannya itu supaya tidak ada seorangpun tahu kalau dia suka sama kakak kelasnya itu. Namun mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Dan bukan hanya ketiga sahabat Nadi yang tahu semua itu, semua teman sekelas Nadi mengetahuinya, bahkan kakak kelas Nadi sudah mendengarnya. Sejak saat itu, kelakuan Nadi seakan-akan terbatasi, dia merasa malu pada dirinya sendiri dan pada orang lain. Setiap kali Nadi ingat kalau dia menyukai kakak kelasnya dan dia bertemu kakak kelasnya itu, dia merasa bersalah. Dia berpikir, siapa sih dia? Kok bisa suka sama orang seperti kakak kelasnya itu? Kenapa tidak orang lain saja? Kenapa tidak orang yang sudah dia kenal, dan belum punya pacar? Berbulan-bulan perasaan Nadi tidak karuan. sekolahnya hancur karena memikirkan perasaan tidak jelas itu. Dan sampai kakak kelasnya lulus, dia masih memendam perasaan itu. Hingga sampai sekarang semua itu belum ada jawabnya. Perasaan Nadi seakan dipermainkan. Sampai sekarang pun dia masih tidak mengenali siapa nama kakak kelasnya yang dia sukai. Tapi Nadi masih tetap menyukai kakak kelasnya itu, meski dia tahu sudah tidak ada harapan lagi baginya. Dia hanya berharap yang terbaik untuk hidupnya. Kalau memang dia harus merasakan cinta dalam hati kepada orang asing, apa boleh buat. Senang tidak senang dia harus menjalani hidupnya. Dia yakin, pasti rasa itu akan pudar dengan sendirinya. Tapi entah kapan itu akan terjadi, dia juga tidak tahu.
Senin, 05 Oktober 2009
CurhatQu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.quwh taog pha eang amuw magsud.
BalasHapuscpu mag???
BalasHapushlah isin aquw mag!!!
haha
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusq eo ngrti...
BalasHapusho..ho..ho...
cpu rew???
BalasHapusheleh...
BalasHapusethok" g ngrti...
ha.ha.ha...
emg jeh berlaku tow?????
BalasHapusso'toy ewg!!!!!!!