Kamis, 19 Agustus 2010

aku benci jatuh cinta

aku benci jatuh cinta . aku benci merasa senang bertemu lagi dengan kamu, tersenyum malu2 dan menebak-nebak . selalu menebak-nebak .
aku benci terkejut melihat sms kamu nongol di inboxku dan aku benci kenapa aku harus memakan waktu begitu lama untuk membalasnya, menghapusnya, memikirkan kata demi kata . aku benci ketika jatuh cinta, semua detil yang aku ucapkan, katakan, kirimkan, tuliskan ke kamu menjadi penting, seolah-olah harus tanpa cacat, atau aku bisa jadi kehilangan kamu . aku benci harus berada dalam posisi itu . tapi aku tidak bisa menawar, ya ?
aku benci harus menerjemahkan isyarat2 kamu itu . apakah pertanyaan kamu itu sekedar pancingan atau retorika atau pertanyaan biasa yang aku salah artikan dengan penuh percaya diri ?
aku benci harus memikirkan kamu sebelum tidur dan merasakan sesuatu yang bergerak dari dalam dada, menjalar ke seluruh tubuh, dan aku merasa pasrah, gelisah . aku benci untuk berfikir aku bisa begini terus semalaman, tanpa harus tidur . cukup begini saja .
aku benci ketika logikaku bersuara dan mengingatkan, "Hey, ini hanya ketertarikan semata, pada akhirnya kamu akan tahu, kalian berdua tidak punya anything in common." harus dimentahkan oleh hati yang berkata, "Jangan hiraukan logikamu."
aku benci harus mencari-cari kesalahan kecil yang ada dalam diri kamu . kesalahan yang secara desperate aku cari dengan paksa karena aku benci untuk tahu kamu bisa saja sempurna, kamu bisa saja tanpa cela, dan aku, bisa saja benar2 jatuh hati kepadamu .
aku benci jatuh cinta, terutama kepada kamu . Demi Tuhan, aku benci jatuh cinta kepada kamu . karena dibalik perasaan menggebu2 ini, dibalik semua rasa kangen, canggung, takut, yang bergumul di dalam dan meletup pelan2. . .

aku takut sendirian

cintaku direnggut alzeymer

“Aduh, gue telat lagi,” gerutu Fara ketika masuk vakultas pertama kali. Hari ini dia mengikuti ospek di salah satu universitas terkemuka di Jakarta. Semua siswa yang mengikuti ospek sudah berbaris mengikuti upacara pembukaan yang diakan di kampus tersebut. Fara segera ikut berbaris bersama mereka. Setelah selesai upacara, kelompok Fara disuruh maju oleh salah satu senior. “kamu, tadi saya lihat tadi kamu terlambat, sekarang hukumannya kamu bersihkan lapangan ini,” kata salah satu senior yang bernama Kevin, dia adalah ketua ospek tahun ini. “nyebelin banget sih,” gerutu Fara pada temannya saat istirahat. Setiap hari selama ospek dilakukan, Fara selalu dapat teguran dari Kevin, entah dia melakukan kesalahan ataupun tidak. Pernah dia disuruh membawa kambing dan tikus ke sekolah, namanya pun diubah enjadi upik abu.
Akhirnya, ospek pun selesai, malam itu juga diadakan pesta pelepasan masa ospek di aula kampus. Semua mahasiswa baik yang senior maupun baru berbaur menjadi satu di pesta tersebut. Saat Fara akan memasuki aula, tiba-tiba ada yang menggeret tangannya. “ikut gue,” kata Kevin singkat. “Fara, sejak pertama kali gue liat elo, gue ngerasa ada yang aneh di diri gue,” kata Kevin ,mulai merayu Fara. “Fara, elo mo nggak jadi pacar gue?” kata Kevin kemudian. Fara tertawa terbahak-bahak sehingga Kevin malu dengan Fara. Sebenarnya gue juga suka ama elo,Vin. Tapi gimana lagi, sejak pertama gue ikut ospek ini, elo selalu aja nyuruh gue dan bikin gue kesel, kata Fara dalam hati. “Fara, kenapa bengong?” kata Kevin. “Fara juga suka sama Kak Kevin.” Singkat cerita merekapun jadian.

Kring…,kring…,kring…., suara jam di kamar Fara menunjukan sudah pukul 07.30, Fara masih juga belum bangung dari tidurnya. “Fara, bangun. Sudah siang sayang, ayo bangun.” Perintah Ira, mama Fara. “mama, inikan hari minggu, aku capek,” kata Fara. Padahal hari itu adalah hari selasa, dimana Fara ada kuliah pagi. Ira bingung kenapa Fara menganggap hari itu hari minggu, padahal tidak biasanya pula Fara bangun siang bolong. Penyakit lupa Fara makin hari makin aneh, dari lupa berangkat kuliah, lupa tanggal, hari, bulan, sampai lupa kalau dia sudah kuliah di salah satu universitas di Jakarta. Ira khawatir dengan penyakit lupa yang diderita Fara. Ira segera mengajaknya ke dokter.

Ira tercengang mendengar perkataan dokter tentang anaknya. Dia sangat tidak percaya kalau anaknya akan mengidap penyakit yang bisa merenggut nyawa penderitanya. “benar,Ibu. Anak ibu, Fara, mengidap penyakit Alzeymer. Ini hanya dugaan sementara saja, nanti kalau hasil lab sudah ada, saya akan menghubungi ibu segera.” Kata dokter yang masih muda tersebut.Ira meninggalkan ruang dokter dengan syok. Dia berusaha meyakinkan hatinya kalau yang dikatakan dokter salah besar.
Saat hasil lab sudah ada ditangan Ira, dokter menyarankan agar Fara dirawat dan mengikuti terapi di rumah sakit tersebut. Namun Ira menolaknya, dia tidak mau Fara tahu akan penyakit yang di deritanya.

Saat Fara dan Ira sarapan, tiba-tiba ada yang menetuk pintu rumahnya. “biar Fara saja,Ma.” Kata Fara sambil berjalan ke ruang depan. Dibuka pintu rumahnya, Fara terkejut melihat sosok yang ada dihadapannya. “Kak Fara!” kata orang tersebut, sesosok gadis dengan penapilan yang mewah, Niken. Ira segera menghampiri Fara karena ingin tahu siapa yang datang. Ira juga terkejut melihat Niken, anak bungsunya datang dari Malaysia. Ira dan Fara segera mengajak Niken masuk kerumah dan mengajaknya sarapan. “Kakak kuliah dimana?” Tanya Niken. Fara menjawab asal karena lupa dia kuliah dimana, malahan dia mengira Niken bercanda. Niken bingung, terkejut dan merasa aneh dengan jawaban Fara. Ira hanya diam melihat anak sulungnya seperti itu.
Karena kedatangan Niken yang mendadak, Ira tidak sempat menyiapkan kamar untuk Niken. Terpaksa Niken disuruh sekamar dengan Fara. Niken heran, karena setiap malam Fara disuruh meminum obat yang entah apa, dia tidak tahu. Niken benar-benar iri dengan Fara, dia sempat berpikir kenapa tidak dia saja yang ikut ibunya saat orang tuanya bercerai. Niken juga merasa aneh saat dia bertanya pada Fara, kadang konek, kadang pula tidak. Dia merasa bahwa tingkah laku kakaknya aneh, seperti orang sakit pikun.
Suatu hari, dia browsing di internet tentang penyakit aneh yang dilihatnya di kelakuan Fara. Tapi saat akan menemukan penyakit tersebut, Ira segera menyuruh Niken untuk membantunya menyiapkan makan malam. Dan setelah makan malam, Fara bercerita tentang kuliahnya ke Niken. Alhasil, dia tidak sempat bowsing penyakit pikun Fara.
Fara dikeluarkan dari kuliahnya karena presentase kehadirannya kurang dari 70%. Kevin yang mendengar kabar tersebut segera memberitahu Fara yang saat itu juga tidak masuk kuliah.

Kevin datang kerumah Fara, namun dia tidak bertemu dengan Fara, karena Fara sedang pergi bersama ibunya. Hanya Niken yang saat itu berada dirumah. Niken terkejut melihat Kevin datang kerumanya, saat itu Niken tidak kenal Kevin. Niken kagum dengan Kevin. “masih lama nggak Fara perginya?” Tanya Kevin pada Niken, namun Niken hanya bengong memperhatikan Kevin. Beberapa kali Kevin bertanya pada Niken tapi Niken tidak menjawabnya. “kayaknya sih lama! Kamu teman kuliahnya Kak Fara,ya?” Tanya Niken untuk kesekian kalinya. Kevin hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Dengan kecewa, Kevin pun pulang. Beberapa menit kemudian, Fara dan Ira datang. Niken tidak memberitahu Fara akan kedatangan Kevin.

“Mah, aku sudah bilang sama Papah, kalau aku akan kuliah di Jakarta, Mamah ngebolehin aku,kan?” Tanya Niken. “lagipula aku kan bisa satu universitas sama Kak Fara, aku bosan di KL, Papah terlalu sibuk,” tambah Niken. Ira bingung menjawab antara iya atau tidak. “Kalau aku bilang tidak boleh, Niken akan menganggap aku tidak sayang sama dia, tapi kalau aku jawab iya, bagaimana dengan Fara, saat ini dia kan butuh perhatian ekstra?” Kata Ira dalam hati. Akhirnya ia menjawab iya. Niken senang sekali karena diperbolehkan tinggal lebih lama di Jakarta.

Sebelum Fara di DO, Kevin jarang bertemu dengan Fara. Fara terlalu sibuk dengan keperluannya sendiri. Sehingga Kevin tidak dapat kesempatan bersamanya. Dan untuk kedua kalinya, Kevin datang kerumah Fara. Dia berhasil bertemu dengan Fara, tapi dengan kondisi yang berbeda. Fara tidak mengenali Kevin, awalnya Kevin kira Fara hanya bercanda, tapi lama kelamaan dia kencing tanpa sadar dan merasa gugup. Ira segera membersihkan air kencing tersebut dan membawa Fara ke dalam kamar. Niken yang saat itu juga berada di sana segera mengajak Kevin keluar.
“Kak Fara memang seperti itu, dia sok nggak kenal orang yang emang ia kenal. Nggak elo aja kok yang di gituin, gue juga dulu,” kata Niken sambil berjalan keluar rumah. “dia sakit apa?” Tanya Kevin yang penasaran dengan kelakuan Fara. “Nah itu dia, gue juga belum tahu, nyokap nggak pernah cerita, dia sering nglantur dan sombong,” kata Niken mencoba mencari perhatian Kevin. Kevin pun mulai terpengaruh dengan omongan Niken. Tak terasa hari sudah sore, Kevin segera pulang tanpa pamit ke Fara.

“Kak Fara, tadi itu teman kuliah,kakak,ya?” Tanya Niken saat berada di kamar bersama Fara. “emang kenapa? Dia kakak senior aku!” jawab Fara. Fara pun menceritakan kejadian awal mula dia bertemu dengan Kevin, tapi lama kelamaan cerita Fara ngelantur dan dia jatuh pingsan. “Kak Fara, kakak kenapa?” Tanya Niken saat di kamar, Niken segera memanggil ibunya, “Mamah, kak Fara kenapa,Mah,” teriak Niken. Niken dan ibunya membawa Fara kerumah sakit.

Fara ditangani oleh dokter yang selama ini menangani penyakit Fara. Setelah itu, dokter memberitahu Ibu Ira agar Fara menjalani rawat inap di rumah sakit saja. Tanpa berpikir panjang Ibu Ira menyetujuinya. Niken hanya bengong karena tidak tahu apa-apa. Dia ingin tanya tapi suasana tidak mendukung.
Di kamar Fara, Niken bertanya pada ibunya, “Mamah, Niken boleh tanya?” Tanya Niken. Ibu Ira segera bengun dari duduknya dan mengajak Niken keluar dari ruang Fara. “Mamah tahu, kau ingin menanyakan penyakit Fara,bukan?” kata Ira sebelum Niken mengawali pembicaraannya. Niken hanya terdiam sambil menganggukan kepala. Ira segera menceritakan penyakit yang diderita Fara. Dengan terisak-isak, Ira menyatakan penyesalannya karena tidak memberitahu Niken dan semua orang. Beberapa menit kemudian, dokter datang ke kamar Fara, ternyata Fara kritis. Ira dan Niken pun segera masuk untuk mengetahui keadaan Fara. Saat dokter memeriksa Fara, Niken segera menelpon Kevin dan menyuruhnya datang kerumah sakit. “Mamah, bawa Fara ke taman,Mah…,” kata Fara pada ibunya. Ira melirik dokter, dan dokter pun menganggukkan kepala dengan senyuman.
“Fara…,Fara…,Fara…,” panggil Kevin saat melihat Fara bersama ibunya di taman rumah sakit. Tanpa basa-basi, Kevin dan Niken pun segera menghampiri mereka. Kevin mendekati Fara dengan pelan-pelan, Niken dan Ira pergi menjauh menuju koridor agar Kevin bisa bersama Fara. “Kevin,” kata Fara pelan sekali. “iya ini aku,Kevin,” sambung Kevin. Kevin pun memeluk Fara, perasaan Kevin antara senang dan sedih, dia tak bisa megeluarkan air mata. tapi tidak dengan Fara, dia tidak bisa berkata apa-apa selain menangis dipelukan Kevin. Ira dan Niken yang berada di koridor menjadi terharu, mereka juga mengeluarkan air mata. Niken memeluk Ira dengan erat sambil menangis. Dan Fara pun menghembuskan nafas terakhirnya di pelukan Kevin.

Jumat, 23 Oktober 2009

curhat

Bagaimana aku bisa memilikimu, kalau sekarang kamu sudah ada yang memiliki,Kak ? Apa aku harus jadi benalu yang selalu mengganggu hubungan kalian ? Tapi sampai kapan ? Sampai kamu lulus sekolah, yang itu artinya lebih dari enam bulan lagi ? Ataukah selamanya ?
Bagiku, Kau adalah sebuah bintang yang paling terang, meski letakmu paling jauh diantara bintang yang lain. Kau adalah bintang yang memilki sejuta pesona. Setiap orang yang melihatmu pasti akan tertarik padamu, begitu juga aku. Aku ingin orang lain tak tahu kalau aku juga menginginkanmu, tapi aku selalu tak bisa memendam keinginanku. Aku ingin meraihmu, dan akan kusimpan kau didalam hatiku yang paling dalam. Supaya tak ada orang yang iri denganku. Tapi aku tak punya daya dan kemampuan untuk meraihmu.
Aku tahu, tak hanya aku yang tertarik padamu. Bukannya aku pengecut yang kalah sebelum perang. Tapi terlalu banyak dan berat sainganku. Mereka bahkan lebih baik dariku, yang mungkin bisa membuatmu lebih bahagia. Aku ini manusia biasa yang juga punya kekurangan. Aku tak mau berharap lebih padamu, karena aku takut tak bisa memilikimu. Aku tak mau berhayal tinggi tentangmu.Aku tak berani memimpikanmu dalam tidurku. Karena aku tak mau suatu saat aku akan terjatuh lebih dalam, yang bisa meninggalkan luka yang akan terus membeku dan tak bisa mencair selama hidupku.

Andai kamu tahu, setiap kali aku ngelihat kamu jalan dengannya, hatiku sakit, aku malu, benci dan sebel. Tapi aku juga kagum dengannya.
 sakit, karena aku cemburu dengan kamu. rasa sakitku ini bahkan lebih sakit dari vonis mati dokter.
 Malu, karena aku gak mau kalian tahu aku suka denganmu.
 Benci, Kenapa harus kamu yang aku suka?!?!? Kenapa gak orang lain aja yang udah kenal denganku, dan belum ada yang punya?!?!?
 Sebel, kenapa harus dia yang kamu cintai?!?!? Kenapa gak aku aja?!?!? “narsis banget gue”````````
 Tapi aku kagum dengan dia, karena dia udah bikin kamu jatuh cinta padanya.

dan aku terlanjur mencintai dirimu
terlambat bagiku menjauh darimu
bagiku terlalu indah perasanku ini
tak mudah untukku melupakan kamu

Senin, 05 Oktober 2009

CurhatQu

Nadi, seorang gadis pelajar di salah satu sekolah kejuruan di Purwodadi. Dia duduk di bangku kelas XI. Ketika itu, Nadi pulang sekolah bersama kedua sahabatnya, panggil saja Ana dan Ria. Saat melihat kakak kelasnya, tak tahu kenapa dia merasa aneh, dia senang, dan malu. Dia bingung kenapa dia bisa seperti itu. Selang beberapa minggu, dia sadar kalau dia suka sama kakak kelasnya itu. “kok bisa?” kata Ria kaget saat Nadi menceritakan perasaannya. “emang kamu kenal siapa dia?” Tanya Ria. “kamu pernah bicara sama dia?” tambah Ana. Nadi hanya menggelengkan kepalanya. Seminggu berlalu, Nadi berharap dia bisa mendapatkan keputusan, apa dia akan tetap mempertahankan perasaannya itu, atau dia akan melupakan perasaannya itu. Nadi pun cerita pada sahabatnya yang lain, panggil saja Riva. Riva mengenal kakak kelas yang Nadi sukai. Nadi berharap Riva bisa membantu menyelesaikan masalahnya. “dia masih berhubungan sama pacarnya yang waktu kita kelas X dulu,Nad.” Kata Riva pada Nadi. Nadi kaget, jantungnya berdetak kencang seakan mau copot, dia merasa lemas. Nadi benar-benar tidak tahu kalau kakak kelasnya itu masih punya pacar. Ande dia tahu dia pasti akan memendam perasaannya itu supaya tidak ada seorangpun tahu kalau dia suka sama kakak kelasnya itu. Namun mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Dan bukan hanya ketiga sahabat Nadi yang tahu semua itu, semua teman sekelas Nadi mengetahuinya, bahkan kakak kelas Nadi sudah mendengarnya. Sejak saat itu, kelakuan Nadi seakan-akan terbatasi, dia merasa malu pada dirinya sendiri dan pada orang lain. Setiap kali Nadi ingat kalau dia menyukai kakak kelasnya dan dia bertemu kakak kelasnya itu, dia merasa bersalah. Dia berpikir, siapa sih dia? Kok bisa suka sama orang seperti kakak kelasnya itu? Kenapa tidak orang lain saja? Kenapa tidak orang yang sudah dia kenal, dan belum punya pacar? Berbulan-bulan perasaan Nadi tidak karuan. sekolahnya hancur karena memikirkan perasaan tidak jelas itu. Dan sampai kakak kelasnya lulus, dia masih memendam perasaan itu. Hingga sampai sekarang semua itu belum ada jawabnya. Perasaan Nadi seakan dipermainkan. Sampai sekarang pun dia masih tidak mengenali siapa nama kakak kelasnya yang dia sukai. Tapi Nadi masih tetap menyukai kakak kelasnya itu, meski dia tahu sudah tidak ada harapan lagi baginya. Dia hanya berharap yang terbaik untuk hidupnya. Kalau memang dia harus merasakan cinta dalam hati kepada orang asing, apa boleh buat. Senang tidak senang dia harus menjalani hidupnya. Dia yakin, pasti rasa itu akan pudar dengan sendirinya. Tapi entah kapan itu akan terjadi, dia juga tidak tahu.